Selasa, 15 Mei 2012

Selasa 15 Mei 2012

15:18   Nomura Upgrade PGAS from IDR 3,900 to IDR 4,700, Valuations: Trading at an 11% discount to its APAC peer-group At 14.6x FY12F P/E, PGN trades at an 11% discount to its APAC mid-stream gas peer-group; although core EPS growth appears lacklustre (7% FY12-14F CAGR), it could steepen significantly should LNG enter PGN’s supply fold

14:50  Ftse +0.2%. Dax +0.57%. Cac +0.7%.


10:55  Asing nett sell 232 B


10:09  UNSP 1Q Net Profit IDR84.07 Bln Vs IDR231.34 Bln; EPS IDR6.1 Vs IDR21.17

BEST 1Q Net Pft IDR106.73 Bln Vs IDR34.72 Bln; EPS IDR15.24 Bln Vs IDR6.1

BEST P/E Ratio now 7.38 X 2012 EPS of IDR60.9 vs property industrial average p/e ratio of 15X; Fair value 15 X IDR60.9 is equal with IDR913


YUNANI/CHINA:
1. Pasar mencemaskan potensi keluarnya Yunani dari Uni Eropa dan perlambatan ekonomi China pascapenurunan GWM

2.pelemahan rupiah awal pekan ini salah satunya karena sentimen regional yang masih menopang penguatan dolar AS. Terutama, setelah Partai PASOK dan Partai Demokrasi Baru di Yunani gagal membentuk koalisi

3.pasar mencemaskan Yunani keluar dari Uni Eropa. Upaya untuk membentuk pemerintahan koalisi yang diperkirakan bisa mendukung langkah penghematan anggaran agar tetap mendapatkan bailout, ternyata gagal. Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terlemahnya 9.266 dengan level terkuat 9.223 per dolar AS dari posisi pembukaan 9.243

4.Kurs rupiah $ di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (14/5/2012) ditutup melemah tajam 66 poin (0,71%) ke posisi 9.259/9.269 dari posisi kemarin 9.193/9.203. Gara-garanya, adalah Partai Radikal Syriza yang menolak untuk bergabung dalam koalisi. Partai ini tidak akan mendukung partai yang sebelumnya menerapkan langkah penghematan anggaran (austerity measures),

5. Kondisi ini, diperparah oleh kebijakan The People's Bank of China (PBOC) yang menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) bagi bank-bank besar sebesar 50 basis poin ke 20%. Sementara itu, untuk bank-bank kecil, GWM-nya diturunkan ke 16,5%, untuk jangka panjang, pasar melihat bakal terdongkraknya pertumbuhan ekonomi China. Tapi, untuk jangka pendek, kebijakan tersebut dilihat sebagai perlambatan ekonomi pada negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu setelah AS. Karena itu, aksi hindar risiko (risk aversion) terjadi dan jadi tekanan negatif bagi rupiah, Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa).

------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar