Jumat, 16 September 2011

Jum'at 16 September 2011

15:06  BRMS TENDER OFFER AT IDR850/SHARE


11:15   Defaulted shipping company PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL) has proposed a composition plan to its creditors to Central Jakarta District Court.
The court has also granted a request of debt payment postpone (PKPU) proposed by PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) on Arpeni Ocean Line. In return, Arpeni can continue its debt restructuring with its creditors.
Arpeni, tottering shipping company from derivative transactions losses and cripped by debt, aims to raise US$95 million from shares issuance without preemptive rights and zero coupon convertible bonds issuance (so called CB 2011).
Arpeni Line, that is controlled by Indonesian businessman Oentoro Surya which has relations with Hadi Surya, owner of PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA),  will issue a maximum of 6.25 billion of B series shares at Rp120 a year worth US$75 million to its controlling shareholder PT Mandira Sanni Pratama (MSP) or other parties which will be mandated by the MSP.
Regarding to Rp8,991 per 1US$, Arpeni will issue 5.62 billion shares. Arpeni intends to use US$30 million of the rights issue proceed to support a buyback programs of 8.75% US$ guaranteed secured notes and US$45 million will be used for working capital.


"I can see clearly now..." kini jelas sudah latar belakang jatuhnya rupiah, yang bukan karena soal turunnya batas bawah suku bunga deposit facility BI, indikasi turunnya BI Rate, tidak juga karena kewajiban repatriasi dollar hasil ekspor. Tapi ini soal kesulitan likuiditas yang mulai melanda perbankan Eropa. Gelagat ini sebenarnya sudah tercium sejak SocGen dan BNP Paribas diisukan mengalami kesulitan memperoleh funding dollar beberapa hari lalu. Namun karena hal tersebut telah dibantah dan rupiah masih kokoh, kemudian pada saat yang bersamaan muncul beleid baru dari Bank Indonesia, maka yang muncul adalah kesimpangsiuran. Ini berarti pula bahwa memang tidak ada persoalan dengan domestik Indonesia. Foreigners menjual saham karena terpaksa.

Disebuah artikel disebutkan bahwa asing menarik balik dollar di semua emerging market. Namun lebih terasa pengaruhnya saat mereka menarik keluar dari Indonesia, karena sebelumnya mereka banyak menanam dollar disini. Krisis likuiditas dollar di Eropa yang mirip dengan 'credit crunch' 2008 ini, telah memperoleh pertolongan pertama dari koordinasi lima bank sentral dunia, yaitu ECB, The Fed, BoE, BoJ dan SNB. Perbankan Eropa kini dapat meminjam dollar tanpa batas selama tiga bulan, dari sebelumnya hanya satu minggu saja.
Saat sebuah bank dikabarkan terancam menderita kerugian besar, bank lainnya enggan meminjamkan dollar karena khawatir macet. Bank kemudian berhenti memberikan pinjaman ke pebisnis, terjadilah 'funding squeeze', 'credit freeze', 'credit crunch' atau istilah lain yang banyak
Untuk sementara hal ini masih dapat dihindari dengan langkah cepat bank sentral global. Namun banyak yang meyakini bahwa jika Yunani akhirnya default, persoalan credit ini akan mencuat kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar